Kali ini Cipta Bangun Daksa (CBD) sebagai kontraktor pelaksana pembangunan di Yogyakarta mengerjakan sebuah proyek pembangunan rumah dan kos milik Ibu Farah. Desain dari kedua bangunan tersebut diproduksi oleh Bondan P Architect (BPArch).
Ketika dilakukan survey, lokasi masih berupa kebun dengan dua pohon besar. Kemudian juga terdapat tiang listrik yang berada di pojok lahan. Dengan adanya tiang listrik tersebut, biasanya terdapat kabel yang menjuntai untuk ground listrik yang berada di dalam tanah. Kondisi tersebut membuat kami memilih opsi untuk menebang beberapa pohon dan membuat desain dengan menyesuaikan site yang ada.
Pembangunan Bertahap
Pembangunan dilakukan secara bertahap dengan rumah terlebih dahulu. Hal ini karena Ibu Farah dan keluarga memiliki rencana untuk pindah dan menetap di Yogyakarta setelah tinggal di Bali. Sejak selama proses desain, pihak desainer tidak pernah bertemu dengan klien secara langsung. Diskusi dilakukan secara daring baik melalui zoom meet maupun melalui whatsapp.
Baca Juga: Awas, Jangan Salah Memilih Tukang atau Kontraktor
Sebagai tahap awal pembangunan, tim pelaksana melakukan perhitungan RAB untuk bangunan rumah dan juga kos. Untuk kos dibangun setelah budget terkumpul dengan mempertimbangkan kondisi saat itu yang juga tengah dilanda pandemi.
Setelah pandemi berlalu, kami baru memutuskan untuk mulai membangun kos dengan membersihkan lahan terlebih dahulu. Pembersihan lahan dilakukan hingga pemotongan pohon hingga ke bagian akar. Hal ini bertujuan agar tidak menjadi sarang rayap yang dapat merusak material bangunan.
Pada saat pembersihan lahan, kami menemukan sebuah sumur buangan septic tank yang merupakan milik tetanggal. Itu terjadi karena pada mulanya lahan ini milik tetangga. Namun, setelah tanah tersebut dijual, sumur tersebut tidak lagi digunakan.
Tim CBD membangun sebuah bedeng atau gubuk kecil untuk menaungi barang-barang dan alat pertukangan. Bedeng tersebut dibangun di bagian belakang karena lahan cukup sempit. Hampir seluruh lebar lahan dipakai dan hanya menyisakan jalan ke belakang selebar sekitar 2 meter. Positifnya, lahan tersebut sudah dualiri listrik dan sudah memiliki sebuah sumur yang dapat difungsikan.
Baca Juga: Struktur dan Konstruksi Bangunan di Lahan Miring
Proses Pembangunan
Pembangunan dimulai dengan menggali pondasi menggunakan foot plat karena bangunannya adalah bangunan dua lantai. Penggalian foot plat saat itu tidak melewati kendala karena bukan pada musim penghujan. Selanjutnya, fondasi diisi dengan batu kali dan cor-coran. Kami membuat kolom-kolom utama yang agak pipih untuk menyembunyikan kolom tersebut di dalam bangunan.
Untuk tangga, kami tidak menggunakan tangga beton sehingga tidak memerlukan besi yang harus dikaitkan pada balok. Kami memilih tangga besi. Memang terasa agak rumit, terlebih karena desain dari rumah ini cukup banyak lekukan dan cekungan di bagian dingin, kemudian juga berbagai pertemuan pada dindind misal pertemuan sudut pintu, jendela, dan sebagainya.
Kondisi desain yang sedemikian rupa tentu membuat proses pembangunan menjadi semakin lama. Terlebih karena saat itu tukang yang digunakan bukan merupakan tukang yang profesional di bidang desain rumit. Sehingga perlu ada penyesuaian. Namun, untuk menghemat waktu, kami memutuskan untuk mengganti tukang dengan yang lebih profesional sehingga pengerjaan berjalan dengan lebih cepat.
Baca Juga: Tips Pemasangan Batu Bata Merah Yang Benar
Material Finishing Bangunan
Mengingat konsep dari hunian ini adalah semi-industrial, kami memilih finishing semacam ekspos dengan sikosol atau pelapis anti lumut. Pelapisan tersebut harus diulang secara berkala karena terkena pengaruh dari cuaca dan adanya penurunan kualitas pelapisan. Terlebih keseluruhan bangunan menerapkan banyak bukaan sehingga memiliki potensi untuk lebih sering terpapar sinar matahari.
Selain menggunakan bahan semen ekspos, kami juga menggunakan nuansa bata tempel. Jadi setelah ada mengacian, kemudian diplester, dan ditempel dengan bata. Pada bagian luar dilapis dengan coating agar tidak berlumut. Mengingat bata tempel ini cukup banyak diletakkan pada bagian luar rumah.
Untuk bagian lantai kami menggunakan lantai granit Grand 660 dan di bagian kamar utama menggunakan lapisan SPC. Lapisan ini bukan merupakan keramik sehingga pemasangannya tidak menggunakan semen, tetapi menggunakan lem di bagian-bagian ujung pinggir yang berbatasan dengan dinding ruangan. Kemudian di bagian tengah menggunakan SPC interlock yang pemasangannya tidak perlu menggunakan lem.
Terkait detail tangga, kami menggunakan rangka hollow dan rangka per anak tangganya menggunakan besi plat L dan menggunakan penutup besi perforated. Material perforated dipilih karena memiliki lubang sehingga tidak menimbulkan kesan penuh dan sesak dalam ruangan. Hal ini juga mempertimbangkan ukuran bangunan yang cukup kecil. Kami juga memilih untuk menggunakan warna yang cukup terang seperti putih.
Baca Juga: Bata Ringan Hebel: Alternatif Material Pembentuk Dinding
Pada lantai 2 terdapat 2 kamar dan 1 kamar mandi yang terletak di antara kamar-kamar tersebut. Lantai kamar mandi menggunakan material keramik dengan bentuk hexagonal berwarna coklat.
Selain kamar, ruangan-ruangan di lantai satu berbentuk satu kesatuan tanpa penyekat permanen seperti dinding. Kemudian, untuk pintu utama yang berada di paling depan menggunakan smart lock yang dapat diakses dengan sidik jari, kode, maupun kartu.
Untuk top table pada dapur menggunakan bahan beton dengan pelapis granit ukuran 60×120. Ini merupakan permintaan dari owner langsung. Kemudian dikombinasikan dengan backsplash dengan material keramik kecil-kecil dengan ukuran 10×20 berwarna hitam.
Di bagian atas dapur, kami menggunakan solar taf dengan rangka fisiolog untuk menghasilkan cahaya alami dalam ruangan. Di dalam kamar mandi terdapat sebuah bathup yang dipesan langsung oleh owner dan dibuat secara handmade.
Baca Juga: Pembersihan Lokasi dan Penggalian Tanah Untuk Pondasi
Untuk material pintu sebagian besar menggunakan kayu dan sebagian menggunakan material alumunium.
Berkaitan dengan konsep, awalnya owner menginginkan konsep Jepang dengan full kaca besar dan dapat dibuka dengan pintu sliding. Akan tetapi, kemudian dalam proses pembangunan terdapat perubahan menjadi kaca yang dibuka dengan sistem swing.
Secara keseluruhan, rumah ini memiliki banyak bukaan untuk menyeimbangkan sirkulasi udara yang ada di dalam bangunan sekaligus memaksimalkan cahaya matahari yang dapat ditembus oleh bangunan.